kamus

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 15 Mei 2011

"Pertobatan" Seorang Pendukung Israel Menjadi Pembela Palestina





Badannya kecil, tingginya tidak lebih dari 150 cm.
Usianya pun tak lagi muda (58 tahun), tetapi perempuan
itu memancarkan semangat yang kuat. Bajunya rapi
tetapi berkesan simpel dan kasual. Alas kaki yang
dikenakannya pun bukan sepatu atau sandal berhak,
tetapi sepasang sepatu hitam sporty. Penampilannya ini
mungkin terbentuk pula oleh latar belakangnya sebagai
ahli bedah senior dan sukarelawan medis di Lebanon dan
Palestina.


Itulah sosok dr. Ang Swee Chai yang hadir pada 22
Agustus 2006 kemarin di MP Book Point, Jakarta, yang
dimulai pada jam 13.00. Beliau datang dari tempat
tinggalnya di Inggris ke Jakarta untuk menjadi
pembicara dalam talk show sekaligus peluncuran bukunya
Tears of Heaven; From Beirut to Jerusalem. Buku ini
berisi pengalaman dr. Ang sebagai sukarelawan medis di
Lebanon dan Palestina, mulai tahun 1982 hingga
sekarang. Selain itu, hadir pula Farid Gaban, wartawan                                    
perang yang pernah meliput di Bosnia, sebagai
moderator sekaligus pembanding yang menambahkan banyak
informasi berharga dalam talk show itu.


Meskipun berskala kecil, talk show yang dihadiri
banyak media baik cetak maupun elektronik ini berjalan
seru sekaligus menerbitkan keharuan. Yang paling
menarik tentu adalah penuturan dr. Ang yang
menyaksikan langsung pembantaian Sabra-Shatila 1982.
Seperti yang dengan sangat bagus digambarkan Farid
Gaban, cara dr. Ang menuturkan (seperti juga
tulisannya): "Membuat korban tidak hanya terbaca
sebagai angka statistik, tetapi tampak sebagai
manusia. Dan profesinya sebagai dokter membuat dr. Ang
bisa melihat luka sekecil apa pun."


Sisi lain yang tak kalah menarik adalah pengakuan dr.
Ang. Ia menuturkan bahwa dulu ia adalah seorang
Kristen fundamentalis. Dan penafsiran Bibel yang
diikutinya itu membuatnya mendukung Israel dan
membenci orang-orang Arab. Bukan hanya itu, karena
pencitraan media Barat, ia punya prasangka bahawa
semua orang Arab adalah teroris. Namun, setelah ia
melihat sendiri kondisi pengungsi Palestina dan
kekejaman Israel, ia pun menjadi pembela Palestina
yang setia. Tutur dr. Ang: "Selama 34 tahun saya
mendukung Israel. Setelah bertemu dengan orang-orang
Palestina, saya berdoa kepada Tuhan agar diberi 34
tahun lagi, supaya saya dapat menebus dosa saya dengan
membantu rakyat Palestina."


Ada hal menarik lain yang muncul saat kami berbincang
dengan dr. Ang. Kami bertanya, apakah menurutnya
Israel akan menepati perjanjian gencatan senjata
dengan Hizbullah. Dengan wajah tanpa diselimuti
keraguan, dr. Ang menjawab tegas: "No. Israel will
strike again." Mungkinkah pengalamannya selama 20
tahun lebih menghadapi berbagai siasat Israel membuat
dr. Ang bisa memprediksi gerakan Israel? Kita tunggu
saja. (tyas)


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar